NEWS  

KPR Gaess, Biar Bisa Pulang ke Rumah Sendiri

Salah satu perumahan di Kabupaten Maros yang bermitra dengan BTN. (FOTO: IMAM DZULKIFLI/MATAMAROS)

Tempat pulang terbaik sepulang kerja adalah rumah sendiri. Bukan indekos, bukan kontrakan, apalagi kafe.

YA, tak ada yang senyaman kembali ke rumah sendiri saat petang atau malam telah tiba. Faktanya, tiga dari lima orang pada rentang usia milenial belum memiliki rumah. Artinya, orang-orang muda dengan usia 24-39 tahun saat ini kebanyakan masih menjadikan rumah sebagai impian. Belum jadi kenyataan.

Riset tSurvey.id menunjukkan, semakin strategis kota yang ditinggali, misalnya di ibu kota provinsi, semakin rendah juga juga tingkat kepemilikan rumah.

Penyebabnya, menurut survei tersebut, tidak lain tidak bukan adalah semakin tingginya harga properti. Pandangan dari survei lain bahwa milenial sulit memiliki rumah karena terlalu sering membeli kopi dan nongkrong, sedikit terbantahkan dari sisi ini.

Milenial bukannya tak mau mempunyai rumah. Terbukti, 57 persen responden survei tersebut menyatakan berkeinginan untuk membeli hunian dalam kurun waktu dua tahun ke depan.

Sayangnya, keinginan belum berbanding lurus dengan kesiapan. Dalam survei yang sama terungkap bahwa tujuh dan sepuluh responden mengaku baru berkisar dua tahunan memiliki tabungan khusus untuk rumah.

Makanya, kredit pemilikan rumah atau KPR pun menjadi pilihan paling realistis bagi mereka. Sebab, ada banyak kemudahan dan kelonggaran yang bisa didapat. Ya mirip-mirip jika mereka membeli ponsel terbaru dengan skema paylater. Ponsel sudah bisa dipakai bekerja dan bergaya namun bayarnya diangsur.

Sebanyak 45 persen responden memilih untuk menggunakan KPR syariah, 35 persen yang kemungkinan mengambil KPR konvensional, dan 20 persen yang cukup optimistis bisa membeli rumah secara tunai.

Mengapa KPR? Survei Harga Properti Residensi (SHPR) Triwulan II 2023 yang dilakukan Bank Indonesia setidaknya bisa menjawab. Survei tersebut menujukkan, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2023 naik sebesar 1,92 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada triwulan sebelumnya (1,79 persen/yoy).

Peningkatkan IHPR terjadi pada semua jenis rumah. Baik tipe kecil dengan satu kamar, menengah yang sudah agak besar dan punya lebih dari satu kamar, maupun tipe besar yang cocok untuk yang sudah memiliki beberapa anak.

Rumah tipe kecil pada triwulan II itu misalnya, yang mengalami peningkatan harga sebesar 2,22 persen yoy. Lebih tinggi dari periode sebelumnya yang “hanya” 1,77 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono yang merilis hasil kajian tersebut menuturkan, kenaikan harga properti sejalan dengan menurunnya penjualan tempat tinggal. Penjualan rumah residensial terkontraksi 12,30 persen yoy pada triwulan II 2023, lebih jatuh dari kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 8,26 persen yoy.

Kenaikan harga rumah yang sulit terbendung itu bukannya belum dipikirkan pemerintah. Sekretaris Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Dedy Syarif Usman misalnya yang menyatakan kecemasan munculnya istilah Millenial Generation Homeless, yakni fenomena anak muda tak mampu membeli rumah lantaran harganya yang melejit.

Tawaran Fleksibel

Problematika milenial dan juga gen Z di balik senyum mengembang mereka di media sosial ternyata cukup pelik. Ya termasuk persoalan rumah itu. Situasi yang mendorong PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menghadirkan produk KPR yang bisa dimanfaatkan oleh anak muda, mulai dari usia 21 tahun sampai 40 tahun. Jadi memang bisa menampung impian anak muda gen Z hingga milenial.

Produk tersebut bernama KPR BTN Gaess. Sekretaris Perusahaan Bank BTN, Ramon Armando menyebut itu produk dengan tingkat bunga kompetitif, fleksibilitas dalam pembayaran, dan proses aplikasi yang cepat.

“Kami berupaya membuat kepemilikan rumah menjadi lebih mudah diakses oleh Gen Z,” kata Ramon dalam keterangan resminya, beberapa waktu lalu.

Produk KPR BTN Gaess menawarkan berbagai pilihan tenor. Tingkat bunganya juga diklaim paling kompetitif, dan yang tak kalah penting adalah bisa tanpa uang muka.

Suku bunga yang ditawarkan mulai dari 1,99 persen, bergantung developer-nya. Jangka waktu yang bisa dipilih pun relatif melegakan, sampai 30 tahun!

BTN telah bekerja sama dengan lebih dari 7.000 mitra pengembang perumahan. Cara pengajuannya mengikuti tren anak zaman sekarang yang merasa lebih nyaman melakukan sesuatu secara online, ketimbang datang ke kantor bank. Aplikasi itu bernama SuperApp BTN Mobile.

“BTN Mobile sudah terintegrasi dengan ekosistem perumahan Bank BTN. Mereka yang ingin serba praktis dapat mengakses KPR hanya dengan satu aplikasi,” ucap Ramon.

Hingga akhir 2023, aplikasi BTN Properti telah diakses lebih dari 30 juta pengunjung dan pengajuan KPR sudah melebihi angka 17.000. Kredit yang sudah disalurkan pun menunjukkan nominal yang wow, yakni di atas Rp1,3 triliun.

Nah, sekarang, mengapa milenial? Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, Nixon Napitupulu, mengungkap data bahwa 90 persen konsumen KPR di BTN adalah milenial.

“Definisi milenial itu sampai 38 tahun,” kata Nixon.

Dia juga membeberkan bahwa pemerintah kian melonggarkan kemungkinan milenial memiliki rumah. Misalnya dengan stimulus insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DtP) yang diperluas sampai harga rumah maksimal Rp5 miliar. Sebelumnya paling tinggi rumah Rp2 miliar.

Insentif tersbeut akan diberikan untuk pembelian satu rumah per 1 NIK atau NPWP mulai November 2023 hingga Desember 2024.

BTN berharap para pengembang properti mendukung program stimulus pemerintah dengan misalnya menyediakan diskon pula kepada konsumen.

“BTN juga nanti kasih bunga promo. Kalau itu dijalankan bareng, itu pasti animonya tinggi, terutama rumah di bawah Rp 2 miliar,” imbuh Nixon.

Nixon mencontohkan, developer misalnya mau memberi diskon 5 persen, BTN juga memberi bunga promo, ditambah insentif 11 persen dari pemerintah. Itu dinilainya sangat lumayan dan bisa menjadi solusi bagi anak muda terbebas dari predikat Millenial Generation Homeless.

 Mudahkan User

Langkah BTN untuk lebih memahami kondisi kaum milenial membuat banyak yang tertolong bisa memiliki rumah. Erni Bundu, warga Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, salah satu yang terbantu.

Entah sudah berapa perumahan yang perempuan 34 tahun itu datangi sebelumnya. Dari yang jenis subsidi sampai yang komersil. Brosur dari perusahaan-perusahaan pengembang menumpuk di lemari rumah kontrakannya. Setiap suaminya pulang kerja, satu atau dua brosur ia ambil untuk didiskusikan bersama di hadapan gelas berisi teh panas.

Tetapi begitu saja terus selama bertahun-tahun. Keyakinan mereka gampang goyah oleh simulasi angsuran yang disediakan banyak situs properti di internet.

“Dengan pendapatan keluarga kami yang tidak begitu besar, rasanya mustahil bisa memiliki rumah,” ucap Erni, Rabu, 7 Februari 2024.

Suaminya seorang mantan karyawan yang baru merintis usaha kecil-kecilan. Erni menopang kebutuhan bumbu dapur hingga susu formula anaknya dengan menjual kue.

Sesekali Erni menepis keraguan dengan mulai membangun komunikasi dengan marketing perumahan. Ujungnya, portofolio yang ia ajukan selalu berujung penolakan dari lembaga pembiayaan. Berkali-kali ia meninggalkan kantor bank dengan langkah dan napas yang berat lantaran kecewa.

“Perbankan lebih percaya kepada mereka yang pegawai negeri atau karyawan swasta. Mungkin ada garansi pendapatan yang sama setiap bulannya. Tetapi kami juga mendambakan bisa punya rumah sendiri. Kecil dengan satu kamar juga tidak masalah,” sambung sarjana dari sebuah kampus negeri di Makassar itu.

“Pandemi waktu itu membuat kami yang hidup dari bisnis semakin diragukan,” imbuh Erni.

Hingga pada suatu pagi, Erni tak ingat kapan persisnya, jelasnya di awal Desember dan sudah mulai musim hujan, Arman HS, pimpinan A3 Mulia Residence, Maros, menghubunginya.

“Bagaimana kalau coba ke BTN?” tanya Arman kala itu. Pertanyaan yang lebih bernada saran ketimbang meminta jawaban.

Keesokan hari, Erni menemui Arman di kantornya. Arman memulai percakapan dengan menyodorkan sebuah kertas berukuran A4. Isinya simulasi KPR di BTN dan sedang ada promo untuk nasabah non fixed income. Erni jelas masuk di kategori itu karena baik ia maupun suaminya tidak lagi menerima gaji tetap setiap bulan.

Promo itu membuatnya bisa memilih tenor 15 hingga 20 tahun. Lalu pada satu hingga lima tahun pertama bisa mendapatkan angsuran lebih rendah dari program reguler.

Erni ingat betul waktu itu ia tersenyum meski belum tahu berkasnya bakal diterima BTN atau tidak. Kemungkinan “tidak” belakangan ini sangat sering ia rasakan dan diakuinya menoreh rasa trauma.

Tetapi tak ada salahnya dicoba lagi. Dua pekan kemudian tim survei BTN mendatanginya dan tempat usaha suaminya di jantung kota Maros. Maros adalah sebuah kabupaten yang bertetangga dengan Kota Makassar. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin berada di situ, walau hampir semua orang yang naik pesawat pasti menyebut dirinya menuju atau terbang dari Makassar.

Erni menanti kabar setiap hari sembari memasukkan adonan kue ke mesin kecilnya. Dia menaburi kuenya dengan keju atau cokelat atau rasa lain sambil berharap ada yang menelepon untuk urusan KPR dari BTN.

Awal Desember 2021, bukan panggilan telepon yang datang, melainkan pesan chat di WhatsApp. Isinya sebuah dokumen berbentuk PDF.

“Itu SP3K. Betapa senangnya kami, masih teringat sampai sekarang,” kenang Erni.

SP3K adalah Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit. Pengajuan KPR Erni diterima dan paling lambat 14 hari harus mengurusnya ke kantor BTN di Makassar.

Tentu saja, seperti yang mungkin Anda sebagai pembaca prediksi, tidak butuh 14 hari untuk Erni datang. Hanya beberapa hari kemudian dia sudah ke sana, lengkap dengan beberapa lembar materai untuk akad kredit. Hari itu Jumat. Proses tanda tangan dilakukan usai Jumatan.

Erni pun merasa berjodoh dengan BTN. Bolak-balik bank lain, berkasnya selalu ditolak. Namun di bank itu, “lamaran” diterima dan akad digelar di hari penuh berkah.

Program khusus untuk nasabah bukan pegawai atau karyawan membuatnya bisa masuk kriteria. Setelah akad kredit, dia pun rutin mengunjungi rumah di Blok G A3 Mulia Residence itu, mendampingi tukang membenahi plafon dan mengganti warna cat. Di dalam berwarna cokelat muda. Luarnya hijau menjurus biru atau biru menjurus hijau; Anda bebas membolak-balik penyebutannya.

Kini, rumah impian itu sudah ditempati Erni. Anak-anaknya saban hari bermain-main di pekarangan yang sudah diberi keramik dan di sampingnya ada taman dan ditanami rumput.

Ya, keluarga itu sudah memiliki rumah, meski masih harus terus diperjuangkan angsurannya. “Setidaknya perasaan sudah jauh lebih lega. Apalagi dapat promo angsuran,” kunci Erni.

Rasa pengertian BTN yang begitu tinggi kepada nasabah, khususnya milenial, memantik optimisme pengembang.

Dua anak bermain di pekarangan rumah A3 Mulia Residence, Maros, Sulsel. (FOTO: IMAM DZULKIFLI/MATAMAROS)

Wakil Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) Sulsel, Abdul Salam menuturkan, andai perbankan bisa seperti BTN semua, situasi akan lebih baik.

“Sebab kita memang harus mengerti kondisi calon user dengan tidak langsung memberi angsuran tinggi,” ucapnya.

Salam pun mengakui BTN adalah bank yang selalu berupaya menjaga citra sebagai andalan pembiayaan dan juga top of mind di sektor perumahan.

Apalagi kini untuk mengakses pembiayaan perumahan misalnya, seseorang tidak mesti datang langsung ke kantor BTN. Dengan kuota data di ponsel, atau barangkali hanya dengan menumpang sinyal hotspot dari teman, layanan itu bisa didapatkan melalui website dan aplikasi.

Jadi gaess, tunggu apa lagi? (imam dzulkifli)