Kukira Kau Rumah, Nyatanya Memang Iya

Dua anak bermain di pekarangan rumah A3 Mulia Residence, Maros, Sulsel. (FOTO: IMAM DZULKIFLI/MATAMAROS)

Langkah BTN untuk lebih memahami kondisi kaum milenial membuat banyak yang tertolong bisa memiliki rumah.

***

ENTAH sudah berapa perumahan yang Erni Bundu datangi. Dari yang jenis subsidi sampai yang komersil. Brosur dari perusahaan-perusahaan pengembang menumpuk di lemari rumah kontrakannya. Setiap suaminya pulang kerja, satu atau dua brosur ia ambil untuk didiskusikan bersama di hadapan gelas berisi teh panas.

Tetapi begitu saja terus selama bertahun-tahun. Keyakinan mereka gampang goyah oleh simulasi angsuran yang disediakan banyak situs properti di internet.

“Dengan pendapatan keluarga kami yang tidak begitu besar, rasanya mustahil bisa memiliki rumah,” ucap Erni, Jumat, 18 Februari 2022. Suaminya seorang mantan karyawan yang baru merintis usaha kecil-kecilan. Ia menopang kebutuhan bumbu dapur hingga susu formula anaknya dengan menjual kue.

Sesekali Erni menepis keraguan dengan mulai membangun komunikasi dengan marketing perumahan. Ujungnya, portofolio yang ia ajukan selalu berujung penolakan dari lembaga pembiayaan. Berkali-kali ia meninggalkan kantor bank dengan langkah dan napas yang berat lantaran kecewa.

“Perbankan lebih percaya kepada mereka yang pegawai negeri atau karyawan swasta. Mungkin ada garansi pendapatan yang sama setiap bulannya. Tetapi kami juga mendambakan bisa punya rumah sendiri. Kecil dengan satu kamar juga tidak masalah,” sambung sarjana dari sebuah kampus negeri di Makassar itu.

“Pandemi membuat kami yang hidup dari bisnis semakin diragukan,” imbuh Erni. Usianya 32 tahun dan gemar nonton web series bertema kehidupan rumah tangga.

Kalender pun sedikit lagi berganti. Sudah masuk November 2021 namun mereka masih tinggal di rumah yang tak leluasa mereka renovasi atau bahkan untuk sekadar ganti warna catnya. Dokumen pendukung yang telah ia serahkan ke beberapa bank ia tarik kembali dan menempati lemari yang sama dengan tempat menyimpan brosur-brosur perumahan. Beberapa lembar sudah lusuh, saking lamanya.

Hingga pada suatu pagi, Erni tak ingat kapan persisnya, jelasnya di awal Desember dan sudah mulai musim hujan, Arman HS, pimpinan A3 Mulia Residence, menghubunginya.

“Bagaimana kalau coba ke BTN?” tanya Arman kala itu. Pertanyaan yang lebih bernada saran ketimbang meminta jawaban.

Keesokan hari, Erni menemui Arman di kantornya. Arman memulai percakapan dengan menyodorkan sebuah kertas berukuran A4. Isinya simulasi KPR di BTN dan sedang ada promo untuk nasabah non fixed income. Erni jelas masuk di kategori itu karena baik ia maupun suaminya tidak lagi menerima gaji tetap setiap bulan.

Promo itu membuatnya bisa memilih tenor 15 hingga 20 tahun. Lalu pada satu hingga lima tahun pertama bisa mendapatkan angsuran lebih rendah dari program reguler.

Erni ingat betul waktu itu ia tersenyum meski belum tahu berkasnya bakal diterima BTN atau tidak. Kemungkinan “tidak” belakangan ini sangat sering ia rasakan dan diakuinya menorah rasa trauma.

Tetapi tak ada salahnya dicoba lagi. Dua pekan kemudian tim survei BTN mendatanginya dan tempat usaha suaminya di jantung kota Maros. Maros adalah sebuah kabupaten yang bertetangga dengan Kota Makassar. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin berada di situ, walau hampir semua orang yang naik pesawat pasti menyebut dirinya menuju atau terbang dari Makassar.

Erni menanti kabar setiap hari sembari memasukkan adonan kue ke mesin kecilnya. Dia menaburi kuenya dengan keju atau cokelat atau rasa lain sambil berharap ada yang menelepon untuk urusan KPR dari BTN.

Awal Desember 2021, bukan panggilan telepon yang datang, melainkan pesan chat di WhatsApp. Isinya sebuah dokumen berbentuk PDF.

“Itu SP3K. Betapa senangnya kami,” tutur Erni.

SP3K adalah Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit. Pengajuan KPR Erni diterima dan paling lambat 14 hari harus mengurusnya ke kantor BTN di Makassar.

Tentu saja, seperti yang mungkin Anda sebagai pembaca prediksi, tidak butuh 14 hari untuk Erni datang. Hanya beberapa hari kemudian dia sudah ke sana, lengkap dengan beberapa lembar materai untuk akad kredit. Hari itu Hari Jumat. Proses tanda tangan dilakukan usai Jumatan.

Erni pun merasa berjodoh dengan BTN. Bolak-balik bank lain, berkasnya selalu ditolak. Namun di bank yang baru saja berulang tahun ke-72 itu, “lamaran” diterima dan akad digelar di hari penuh berkah.

Program khusus untuk nasabah bukan pegawai atau karyawan membuatnya bisa masuk kriteria. Setelah akad kredit, dia pun rutin mengunjungi rumah di Blok G A3 Mulia Residence itu, mendampingi tukang membenahi plafon dan mengganti warna cat. Di dalam berwarna cokelat muda. Luarnya hijau menjurus biru atau biru menjurus hijau; Anda bebas membola-balik penyebutannya.

Lirik lagu yang juga judul film “Kukira Kau Rumah” yang kini sedang hits; Kukira Kau Rumah, ternyata aku sewa tak lagi berlaku untuk Erni. Lihatlah foto utama di tulisan ini. Anak-anak Erni bermain-main di pelataran rumah yang sudah diberi keramik dan di sampingnya ada taman dan ditanami rumput. Nyatanya itu memang rumah. Sudah rumah mereka, meski masih harus terus diperjuangkan angsurannya.

“Setidaknya perasaan sudah jauh lebih lega. Apalagi dapat promo angsuran,” kunci Erni.

Mudahkan Milenial

Kisah perjuangan Erni dan keluarga membeli rumah adalah kondisi yang sudah diperhitungkan BTN. Di luar sana banyak kaum milenial yang mendamba hunian namun mendapat kesulitan di pengurusan administrasi.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Haru Koesmahargyo, pada sebuah wawancara di Jakarta, Kamis, 17 Februari 2022 mengungkap bahwa pihaknya memiliki solusi dengan memberikan fasilitas cicilan yang fleksibel hingga uang muka yang ringan.

“KPR kan umumnya jangka panjang, ada yang sampai 30 tahun. Harus dipahami proses dan perjalanan mereka dari dunia kerja hingga melakukan KPR dan cicilan, seiring waktu orang tersebut pendapatannya meningkat. Pola ini kami tangkap, jadi cicilan pokok sedikit di depan, ketika sudah naik penghasilannya kami ikuti perjalanan ini,” tuturnya.

Tahun ini BTN memang coba mendongkrak tingkat kepemilikan hunian kaum muda. Direktur Consumer & Commercial Banking BTN, Hirwandi Gafar membeberkan, ada sejumlah layanan baru KPR yang disesuaikan dengan kemampuan calon pembeli.

Salah satunya adalah layanan KPR dengan besaran angsuran “suka-suka”.

“Kita akan ada fitur yaitu pembayaran angsuran suka-suka, yang nanti dikaitkan dengan besaran tabungan milenial tersebut,” kata Hirwandi dalam Paparan Kinerja 2021, Selasa, 8 Februari 2022.

BTN juga merencakan peluncuran skema pembiayaan sewa beli atau rent to own. Melalui skema ini, calon pembeli dapat terlebih dahulu menyewa properti sebelum akhirnya memutuskan untuk membelinya.

“Anak muda sekarang senangnya enggak terikat di satu spot, jadi mungkin sewa dulu. Di tahun ke-5 sudah betah, cocok. Jadi kita buat program rent to own,” tambah Nixon L.P. Napitupulu, Wakil Direktur Utama BTN.

Nah, pengalaman Erni dan keluarga itu kemungkinan bakal dirasakan lebih banyak orang. Sebab BTN telah memiliki layanan KPR Graduated Payment Mortgage (GPM) untuk generasi muda. Melalui GPM, debitur dapat menikmati fasilitas lain suku bunga promo lebih rendah dan diperhitungkan secara berjenjang yaitu sebesar 4,75 persen selama 2 tahun pertama pinjaman. Lebih fleksibel dibandingkan KPR biasa yang menggunakan skema fix and cap (bunga naik 1 persen tiap tahun selama 3 tahun pertama).

Besaran angsuran GPM akan lebih rendah dibanding angsuran KPR reguler pada awal masa kredit. Setelah itu, pembayaran angsuran akan meningkat secara stabil sesuai dengan asumsi kenaikan penghasilan calon debitur setiap tahunnya.

“Sekarang kita tahu milenial pendapatan enggak langsung tinggi. Jadi kita gak langsung ke floating. Karena kalau langsung ke floating, kolektabilitasnya malah turun, memburuk. Sehingga kita jaga 5 tahun, fix and cap. Terus perlahan-lahan bertahap, sesuai dengan proyeksi income milenial yang kita hitung,” ucap Nixon.

Pengembang Optimis

Rasa pengertian BTN yang begitu tinggi kepada nasabah, khususnya milenial, memantik optimism pengembang. Wakil Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) Sulsel Abdul Salam menuturkan, itu akan membuat ia dan rekan-rekan, yang selama pandemi Covid-19 memilih tetap membangun rumah, tak melakukan pekerjaan sia-sia.

Salam mencontohkan perusahannya di Maros memiliki ready stock ratusan unit. “Kalau perbankan bisa seperti BTN semua, lebih bagus lagi. Kita memang harus mengerti kondisi calon user dengan tidak langsung memberi angsuran tinggi,” ucapnya.

Salam pun mengakui BTN adalah bank yang selalu berupaya menjaga citra sebagai andalan pembiayaan di sektor perumahan.

Apalagi kini untuk mengakses pembiayaan perumahan misalnya, seseorang tidak mesti datang langsung ke kantor BTN. Dengan kuota data di ponsel, atau barangkali hanya dengan menumpang sinyal hotspot dari teman, layanan itu bisa didapatkan melalui website dan aplikasi. (imam dzulkifli)