Melonjak, Begini Harga Elpiji di Maros Per 1 Maret

Seorang agen elpiji di Maros mengatur susunan tabungnya, Selasa, 1 Maret 2022. (FOTO: ASTY UTAMI/MM)

MAROS, MM – Mulai Selasa, 1 Maret 2022, harga gas minyak cair atau Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau elpiji mengalami kenaikan. Termasuk di Kabupaten Maros.

Gas elpiji ukuran 5,5 kilogram (kg) dibanderol Rp91 ribu, sedangkan LPG 12 kg mencapai 1Rp89 ribu.

Salah satu agen elpiji di Jalan Nasrun Amrullah, Rusman, mengatakan, selisih harga jual gas elpiji12 kg dengan sebelumnya mencapai Rp15 ribu. Tabung 5,5 dengan berbeda Rp6 ribu dengan harga lama.

“Elpiji 5,5 kg dulu harganya cuma Rp85 ribu. Kini di harga Rp91 ribu,” ungkapnya.

Rusman mengaku tahu penyebab kenaikan harga elpiji dipicu melambungnya harga gas dunia, dampak konflik perang Rusia dengan Ukraina.

Ia khawatir daya beli masyarakat menurun dengan kenaikan harga elpiji. Padahal, stok elpiji melimpah.

Seorang ibu rumah tangga di Desa Bontotallasa, Khadijah mengatakan, tak bisa berbuat banyak dengan kenaikan elpiji.

“Semua harga sudah mulai naik. Minyak goreng, tahu-tempe, daging sapi, sekarang elpiji juga naik. Mungkin saja akan terusnai menjelang bulan Ramadan,” tuturnya.

3 Kg Tetap

Dari Jakarta, Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mengumumkan penyesuaian harga elpiji non subsidi seperti Bright Gas. Elpiji subsidi 3 Kg tidak ada perubahan harga.

“Untuk LPG subsidi 3 Kg yang porsinya lebih dari 93 persen dari total konsumsi LPG nasional per Januari 2022, tidak mengalami perubahan harga. Harga LPG subsidi 3 Kg tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat,” beber Irto Ginting, Pjs. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga.

Kenaikan tersebut disebut Irto seiring peningkatan harga Contract Price Aramco (CPA) yang menjadi salah satu acuan penetapan harga elpiji. Pada Februari harganya mencapai 775 USD/metrik ton atau naik sekitar 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang 2021.

Irto melanjutkan penyesuaian harga hanya berlaku untuk LPG non subsidi yang dikonsumsi 7 persen dari total konsumsi LPG nasional.

Harga baru tersebut diklaim Pertamina masih paling kompetitif dibandingkan berbagai negara di ASEAN. (ast)