OPINI  

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Sarina Anjalina. (FOTO IST)

MANUSIA merupakan makhluk individu yang harus mengembangkan kemampuan dan aspek kepribadiannya. Itu adalah salah satu “syarat” untuk terus bertahan hidup dan beradaptasi dengan makhluk sosial lainnya. Individu berarti tidak terbagi melainkan suatu kesatuan yang terbatas yang memilki ciri khas yang berbeda, baik dari segi fisik maupun fisiknya sehingga memilki keunikan masing-masing.

Manusia dengan kodratnya sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari lingkungan masyarakat. Manusia hidup secara bersama-sama dan berinteraksi dengan individu lain.

Sejatinya kehidupan bermasyarakat, manusia saling terhubung membutuhkan satu sama lain. Itulah yang menimbulkan terjadinya proses interaksi sosial. Sering kita jumpai di lingkungan bagaimana susahnya menjalani hidup tanpa orang lain. Terpuruk sendiri menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa ada bantuan manusia lainya.

Maka dari itu, manusia tidak bisa melepaskan dirinya dari orang lain. Itulah mengapa manusia sebagai makhluk sosial disebut sebagai zoon politicon.

Hakikat Manusia

Sebagai manusia yang mempunyai ciri khas serta keunikan berbeda-beda, tentu saja masih berharap memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan bantuan dari orang lain.

Kita juga kadang merasa dikucilkan ketika tak mendapat bantuan orang lain. Imbasnya adalah terpuruk dalam menyelesaikan dengan sendiri. Berujung pada terganggunya psikis, rohani, maupun fisik.

Manusia secara pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya manusia senantiasa selalu ingin berhubungan dan berinteraksi dengan makhluk lain. Manusia hasratnya selalu hidup berdampingan dan membutuhkan bantuan orang lain sehingga membentuk kehidupan secara berkelompok.

Secara sosial, manusia merupakan makhluk yang berkesempatan sama dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap individu memilki hak serta kewajiban dan mempunyai kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu. Misalnya memperoleh pendidikan yang layak, melakukan pekerjaan, serta bertanggung jawab dalam keluarga dan berbagai aktivitas lainya.

Tak Bisa Sendiri

Namun, manusia sebagai makhluk individu juga punya tekad untuk mewujudkan hal-hal yang diinginkannya. Kepentingan pribadi seperti aktivitas sehari-hari kadang dijalankan tanpa mengharap bantuan orang lain.

Manusia pun terus berupaya memenuhi setiap haknya untuk segenap potensi dirinya, baik secara rohani maupun jasmaninya.

Meski begitu, manusia pada hakikatnya tetap saja sebagai makhluk sosial. Senantiasa hidup berdampingan dengan orang lain. Seringkali manusia tidak bisa memenuhi sendiri seluruh aspek kebutuhannya. Ketidakberdayaan manusia dalam menjalankan kehidupan karena tidak terlepas dengan makhluk sosial lainnya.

Selain itu, adanya norma-norma sebagai aturan yang mengikat manusia dalam berinteraksi membuat kita tidak bisa mementingkan kehidupan secara pribadi. Membentuk kehidupan secara berkelompok seperti kehidupan bermasyarakat adalah kebutuhan.

Dinamika dan Dilema

Interaksi sosial pun tak terelakkan. Interaksi sosial terjadi karena adanya dorongan dari unsur-unsur yang menyebabkan interaksi terjadi. Misalnya antara dua atau lebih individu, yang mempunyai hal yang ingin dicapai. Hal ini yang membentuk adanya dinamika sosial budaya.

Dampak yang ditimbulkan oleh adanya dinamika sosial bisa positif dan negatif bagi masyarakat. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan proses dinamika interaksi sosial itu bisa melihat perubahan struktur sosial yang terjadi. Misalnya perubahan jumlah penduduk, mata pencarian, dan sebagainya.

Setiap masyarakat mengalami dinamika sosial, baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Itu juga yang akan mempengaruhi keberlangsungan hubungan antar sesama manusia dan antar kelompok.

Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa ada yang lebih memegang sikap individualisme. Biasanya tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitarnya. Lebih fokus pada kepentinganya saja. Biasanya lebih cenderung untuk melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Hal ini biasanya ditemukan di kalangan masyarakat perkotaan.

Sebaliknya, ada juga yang bersikap sosialisme. Pandangan ini mengatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang harus diprioritaskan. Hadirnya pandangan ini bertujuan untuk menciptakan kemakmuran bagi masyarakat.

Adanya sosialisme untuk membuat kebebasan individu dibatasi karena mengutamakan kesejahteraan bersama dan kepribadiannya dianggap sebagai alat pemegang peran penting dalam masyarakat.

Menanamkan Nilai

Dari uraian di atas tampak bahwa manusia berada di persimpangan. Sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya keduanya bisa membawa dampak positif maupun negatif.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mampu melakukan segala aktivitasnya dengan sendiri. Tetap membutuhkan bantuan dasar dari orang lain.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa melakukan berbagai aktivitas sesukanya lantaran ada orang lain yang menilai perilakunya.

Di luar semua itu, wujud keberhasilan yang kita capai dalam setiap interaksi dengan orang lain yaitu saling memberi pengaruh baik. Pada intinya kita sebagai makhluk sosial setidaknya mampu menanamkan nilai-nilai sosial demi keberlangsungan hidup bermasyarakat yang damai dan makmur. Bagaimana kemudian kita bisa saling menghargai, menolong, dan saling memberi manfaat. (*)

Sarina Anjalina

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare