OPINI  

OPINI: Tempat Wisata Buka di Tengah Wabah, Amankah?

Ayu Khawla. (FOTO: DOK)

Oleh: Ayu Khawlah*

BEBERAPA tempat wisata di Kabupaten Maros tetap buka. Bahkan pada libur awal tahun 2021, destinasi semisal Kawasan Wisata Alam Air Terjun Bantimurung cukup ramai dikunjungi.

Meningkatnya jumlah pengunjung di salah satu objek wisata primadona Maros ini membuat pengelola wisata, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maros melakukan pelayanan khusus mengantisipasi membeludaknya pengunjung seperti tahun lalu.

Dalam sebuah hasil wawancara yang dimuat di sindonews.com, pengelola Wisata Alam Air Terjun Bantimurung, Yusriadi Arief mengatakan, selama libur tahun baru lalu, ada peningkatan jumlah pelancong wisata. Berdasarkan jumlah potongan kupon masuk, dapat diketahui jumlah pengunjung mencapai lima ribu orang lebih.

“Terjadi lonjakan, namun jika dibandingkan tahun kemarin, jumlah ini masih di bawah,” tutur Yusriadi.

Pengelola pun memperketat protokol kesehatan dan pendisiplinan 3M yakni mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak di kawasan wisata.

“Jika ada wisatawan yang melanggar seperti tak menggunakan masker, maka kami tak memberikan mereka izin untuk masuk,” tambahnya.

Sampai di situ, semua tampak oke. Namun di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini yang semakin mengkhawatirkan, justru membuat miris. Bagaimana tidak, bukankah pembukaan tempat wisata di masa pandemi ini akan berisiko besar? Jangan sampai tempat wisata justru akan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

Sekalipun pihak pengelola memberikan kebijakan memperketat protokol kesehatan di kawasan wisata, hal ini tidak menjamin para wisatawan dapat mematuhi kebijakan tersebut. Terlebih lagi dengan melonjaknya jumlah wisatawan ini akan sulit mengantisipasi terjadinya kerumunan. Social distancing tidak akan terealisasi.

Sementara saat ini, kasus terkonfirmasi positif covid di Kabupaten Maros semakin bertambah. Dilansir dari matamaros.com, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 angka hariannya selalu di atas 90 orang. Pasien yang sembuh digantikan pasien baru terpapar.

Sejak pandemi ini terjadi, jumlah kasus positif Covid-19 di Maros sudah mencapai 816. (https://www.matamaros.com/2020/12/16/kasus-covid-19-di-maros-meningkat-lagi-95-orang-positif/).

Hal ini  seharusnya menjadi perhatian kita bersama. Tentu  dibutuhkan kesadaran Masyarakat agar selalu disiplin memperhatikan protokol kesehatan dan membatasi ruang gerak untuk aktivitas di luar terutama tempat-tempat yang berpotensi menjadi kaster penyebaran covid.

Selain itu, dibutuhkan pula peran pemerintah/pengelola untuk menutup tempat wisata sampai pengelola benar-benar yakin bahwa kondisi sudah bebas Covid-19. Karena ini masalah banyaknya nyawa  yang dipertaruhkan. Jangan sampai hanya karena mengejar keuntungan demi menaikkan ekonomi, justru rakyat yang menjadi korban.

Menghadapi kondisi pandemi saat ini memang membuat kita serba dilematis, di tengah resesi ekonomi akibat pandemi, pemerintah membutuhkan banyak pemasukan agar perekonomian tetap stabil. Maka membuka tempat wisata adalah bagian dari solusi, mengingat sektor pariwisata adalah  salah satu aspek penyokong ekonomi, karena sektor ini termasuk penyumbang APBN setelah pajak. Maka dibuatlah kebijakan new normal.

Tempat wisata kembali dibuka, padahal jika mengikuti standar WHO, new normal baru bisa dijalankan jika tidak ada penambahan kasus. Sementara data menunjukkan kasus covid saat ini bukannya berkurang, justru semakin bertambah.

Memang dilematis!

Di sisi lain ingin menyelamatkan ekonomi, namun keselamatan rakyat akan menjadi taruhan.

Hal ini berbeda sekali dalam sistem Islam yang tidak menjadikan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama. Karena Islam memiliki sumber pendapatan lain yakni dengan  memaksimalkan pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam). Selain itu ada kharaj, jizyah, dan yang lainnya yang dapat dijadikan sebagai pemasukan APBN maupun APBD.

Sehingga ketika berada pada situasi pandemi seperti saat ini, Islam akan lebih mengutamakan keselamatan rakyat dibanding yang lain. Pemerintah akan memastikan terpenuhinya kebutuhan rakyatnya. Di samping itu, kegiatan berwisata di daerah umum menimbulkan berkumpulnya banyak orang. Jika itu terjadi, ada kemungkinan mudah tersebarnya virus corona. (*)

 *Aktivis Muslimah Maros